Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian Dutch
ISI KOMENTAR DI BAWAH POSTING SEKECIL APAPUN SANGAT BERARTI BAGI BLOG INI TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA...

Jumat, 30 April 2010

Kisah Keris Sangkelat, Sabukinten dan Condongcampur


Pada suatu ketika, wilayah kerajaan Majapahit secara merata dilanda wabah penyakit, yang meluas karena“pengaruh” keris pusaka kerajaan Kiai Condongcampur.
Setiap malam keris Condongcampur* keluar dari tempatpenyimpanannya dan menyebarkan penyakit ke tengahrakyat Majapahit. Jumlah korban yang meninggal sampaitidak terhitung. Permaisuri, Ratu Dwarawati yangberagama Islam tetapi menganut paham Islam abanganjuga menderita sakit keras.

Atas perintah Sang Prabu semua punggawa diwajibkanmengikuti giliran ronda menjaga permaisuri yang sakitdi dalam keraton. Pada suatu hari yang menerimagiliran jaga adalah bupati Empu Tumenggung Supadriya dengan Tumenggung Supagati. Akan tetapi merekaberduapun sakit, oleh karena itu giliran jagadiwakilkan pada anak-anak mereka. Supadriya diwakilioleh putranya yang bernama Supa, sedangkan Supagatidiwakili oleh puteranya bernama Jigja. Keduanya adalahempu pembuat senjata. Empu Supa membawa KerisSangkelat, sedangkan Empu Jigja membawa kerisSabukinten, keris yang dibuatnya sendiri. Menjelangmalam mereka bersama-sama masuk keraton menjaga didekat tempat istirahat permaisuri.

Lewat tengah malam di dalam lingkungan keraton sudahsepi, tidak ada tanda-tanda orang yang bangun. Kecuali Empu Supa yang masih duduk sendiri berjongkok menghadap kamar istirahat permaisuri. Mendadak keris Condongcampur keluar dari tempat penyimpanannya dan mengeluarkan cahaya berkilauan dari tengah dalemprabayaksa, mendekati tempat duduk Empu Supa sambil mengibas, menantang keris Sangkelat untuk diajakperang tanding mengadu kesaktian. Pada saat itu juga keris Sangkelat bergolak amarahnya dengan cekatankeluar dari sarung yang masih di sisip di pinggang EmpuSupa, mengeluarkan kesaktian Condongcampur, menjadiperang besar.

Keris Empu Jigja Sabukinten, ikut ”emosi”. Keluar darisarungnya, langsung menghadapi Condongcampur daris amping.Akan tetapi Condongcampur waspada. Serangankeris Sabukinten dipatahkan mengenai lambung, terpelanting membengkok kembali masuk ke dalamsarungnya. Sangkelat masih bersemangat perang melawanCondongcampur satu lawan satu. Tidak lama,condongcampur limbung ditikam kena pucuknya dan putus se-luk, dengan tergesa-gesa masuk kembali ke tempatpenyimpanan sampai menimbulkan suara berisik. Melihatmusuh yang lari, keris sangkelat tidak mengejar tapikembali masuk ke dalam sarungnya.

Pada waktu itu juga, sakit yang diderita oleh permaisuri terasa lebih ringan. Demikian pulapenderitaan karena wabah penyakit di seluruhlingkungan kerajaan Majapahit hilang sekaligusseketika. Keesokan harinya Empu Supa bersama Jigja,setelah menerima hadiah dari prabu, langsung pulangbersama-sama. Jigja diajak singgah di rumah Empu Supadan diberitahu tentang hebatnya peristiwa perang keris Condongcampur melawan Sangkelat dan Sabukinten sekaligus yang disaksikan tadi malam. Keris Sangkelatdihunus dan terlihat masih utuh tak berubah, hanyasekujur badannya barut-barut seperti dicakar oleh matakikir. Akan tetapi keris Jigja Sabukinten ketika dihunus terlihat melengkung dan pucuknya sedikitpatah. Kemudian, setelah diperbaiki kembali terpaksa dikurangi dua luk. Mulanya keris itu memiliki luk tigabelas, sekarang tinggal luk sebelas. Hal ini menurutcerita sebagai pertanda bahwa keris dapur Sabukintenmemiliki kekuatan yang kecil, akan tetapi masih tetapbagus untuk dipakai orang dalam berdagang.

Atas saran Jigja, keris Sangkelat disimpan, karenaapabila diketahui oleh Sang Prabu, pasti akan diambil. Pagi itu juga Empu Supa beserta anakisterinya pulang kembali ke Tuban.

Babad Demak, R. Atmodarminto

Tafsir dongeng.

Condong artinya cenderung atau rujuk,campur berarti bergabungnya suatu hal yang tidak sama.Keris ini menjadi suatu perlambang persekutuan antarakaum feodal Majapahit dengan kaum Islam ortodoks.Dalam hal ini, dapat diartikan sebagai perlambangbergabungnya kelompok yang memiliki kepercayaanberbeda.

Keris Condongcampur menjadi pusaka kerajaan Majapahit memberi pertanda bahwa persekutuan kaum feodal dankaum Islam ortodoks telah mendapat restu atau diketahui oleh Sang Prabu. Dan keris ini setiap malam keluar dari keraton menebar penyakit kepada rakyat Majapahit sampai banyak yang mati, maksudnya bahwa kaum feodal dengan golongan Islam ortodoks yang telah mendapat restu dari Raja bersama-sama datang hendak melenyapkan gerakan rakyat dengan tindak kekerasan dan menyebar perselisihan, sampai menimbulkan kerusuhandan banyak korban yang terbunuh.

Ki Jero Martani/group sastra-nusantara
Editor:Setya Adyaksa

0 komentar: